-->

Beberapa Brand Lokal Di Kira Import!


1. J.CO
J.CO dimiliki oleh Johnny Andrean, seorang pemilik jaringan BreadTalk di Indonesia. J.CO diilhami dari donat USA. Johnny yang sering melakukan perjalanan bisnis ke USA, mendapatkan kesempatan menikmati berbagai jenis donat dengan rasa dan keunikan yang berbeda.

2. Hoka Hoka Bento
hoka hoka bento pertama didirikandibawah naungan 

PT. Eka Bogianti pada tanggal 18 april 1985
perusahaan ini didirikan di jakarta pada tahun 1985 oleh Hendra Arifin.
dengan restoan pertama yang berlokasi di kebon kacang jakarta pusat .
sang pemilik Hendra arifin tertarik mengembangkan restoran siap saji ala jepang ini , karena pada tahun 1985 konsip ini belum ada di indonesia .
iapun melakukan study banding ke jepang dan kemudian membeli ijin untuk menggunakan merek dan asistensi teknis hoka hoka bento di indonesia.
awalnya hoka hoka bento di Jepang berbisnis makanan take away (pesan ambil/bawa pulang). 
Kini, Eka Bogainti memiliki penuh hak cipta atas merek merek Hoka Hoka Bento. 
Sementara itu, usaha serupa dengan merek sama yang ada di Jepang sudah tidak ada lagi. 
Meski menawarkan masakan Jepang, kepemilikan merek Hoka Hoka Bento adalah 100 persen dimiliki warga negara Indonesia .


3. Lea jeans
Secara Akte Perusahaan Lea Jeans dari 1976. Sebelumnya Lea Jeans sudah produksi sejak 1972, tetapi belum didaftarkan. Menurut keterangan Leo Sandjaja, Direktur PT Lea Sanent, bahwa nama Lea diambil dari nama kakaknya. Awalnya perusahaan membuat t-shirt, garmen biasa dan baru mem-produksi jeans dimulai di Singapura, serta mendalami Brand Denim dengan partner di Singapura, dan dikembangkan tahun 1978 atau 1979. Waktu itu belum banyak brand Denim, tetapi orang suka produk Amerika. Kemudian dikembangkan dengan teknik pembuatan Denim.

4. EXCELSO
EXCELSO pertama dibuka pada bulan September 1991 di Plaza Indonesia, Jakarta, untuk mendukung merk kopi yang baru diciptakan oleh PT. Santos Jaya Abadi pada waktu itu, yaitu kopi EXCELSO. Kopi EXCELSO dibuat dan dipasarkan tetap dalam bentuk kopi biji dengan alasan :
Memenuhi kebutuhan kopi kelas menengah ke atas



Menghapus image kopi campuran (kopi dicampur dengan jagung)
Kopi dengan kualitas terbaik adalah masih berbentuk biji dan baru digiling apabila akan diseduh, sehingga benar-benar terjaga citarasanya.



Kafe EXCELSO didirikan untuk mendukung pemasaran dan image yang hendak diciptakan untuk kopi EXCELSO . Dengan memilih pasar kelas menengah ke atas, maka kopi EXCELSO hanya dapat ditemui di supermarket-supermarket tertentu dan di Kafe EXCELSO sendiri. Dengan adanya Kafe EXCELSO , maka masyarakat dapat menikmati kopi yang diseduh secara langsung begitu dipesan (digiling dan langsung diseduh didalam mesin), dengan kualitas kopi terbaik yang hanya terdapat di Kafe EXCELSO.

Perkembangan EXCELSO
Sejak didirikan sampai dengan saat ini, EXCELSO terus berkembang dalam jumlah gerai, konsep pelayanan, desain serta jenis kopi, makanan & minuman yang disajikan. Hal ini seiring dengan tuntutan masyarakat yang telah menjadikan kopi sebagai bagian dari gaya hidup.

Jumlah gerai EXCELSO saat ini telah mencapai 122 buah gerai yang tersebar dilebih dari 30 kota di Indonesia

5. CFC
 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (d/h PT Putra Sejahtera Pioneerindo) ,didirikan pada tahun 1983 di Jakarta adalah salah satu Perusahaan generasi pertama di Indonesia yang memperkenalkan konsep restoran cepat saji berbahan dasar ayam melalui merek dagang California Pioneer Chicken, terwaralaba Pioneer Take Out - Amerika Serikat.Perusahaan telah berhasil menarik minat publik dengan produk dan layanan berkualitas dan berhasil menjadikan sajian ayam goreng sebagai trendsetter dunia usaha makanan cepat saji di Indonesia.


Setelah tujuh tahun menempa pengalaman dan teruji dalam penguasaan pasar, pada tahun 1989 perusahaan melepaskan diri dari usaha terwaralaba menjadi pemegang waralaba penuh yang memproduksi dan memasarkan merek produk sendiri yaitu California Fried Chicken. Basis usaha pun diperkuat dengan membentuk franchise dan juga anak-anak perusahaan yaitu Putra Asia Perdana Indah serta PT Mitra hero Pioneerindo guna mendukung penuh kinerja perusahaan dengan pola kemitraan terpadu yang dijalankan sebagai sebuah sinergi untuk memacu pertumbuhan usaha.Sinergi yang memicu kinerja usaha melalui pola kemitraan terpadu ini melahirkan diversifikasi usaha berupa peluncuran produk makanan ringan Cal Donat pada tahun 1993.


6. The Executive
Didirikan pada tahun 1979 oleh Mr Johanes Farial, PT. Delami Garment Industries menandai awal dalam fashion dan industri manufaktur dengan memproduksi celana panjang pria untuk pasar domestik di bawah nama merek WOOD dan John Far. Pada tahun 1984, perusahaan mengambil alih merek Executive 99, pada saat itu sebagai pemimpin pasar dalam kategori celana pria. Ini langkah cerdas melihat perluasan PT. Delami menjadi salah satu produsen terkemuka di Indonesia garmen.

The Executive atau yang lebih dikenal dengan Executive 99 menyediakan berbagai pakaian resmi pria dan wanita dengan berbagai apparel pendukungnya, dengan model, potongan baju dan celana yang anggun dan menawan serta pemakaian bahan yang lembut serta nyaman di pakai membuat Executive 99 produk yang selalu dicari para pekerka kantoran dan bagi mereka yang ingin tampil rapi.
The Executive merupakan pilihan yang terbaik, untuk Pria dan wanita yang mendambakan penampilan yang exelent yang sempurna, berkulitas dalam penampilan dan penuh gaya yang dewasa.

7. Eiger
PT Eigerindo Multi Produk Industri atau yang dikenal sebagai Eiger merupakan perusahaan manufaktur dan retail peralatan petualangan alam terbuka yang terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 oleh Ronny Lukito di Bandung. Nama perusahaannya, Eiger, terinspirasi dari gunung Eiger, yakni gunung yang terletak di Bernese Alps, Swiss, berketinggian 3.970 m di atas permukaan laut. Berawal dari fasilitas yang sangat terbatas, Eiger meluncurkan produk tas dengan hanya dua mesin jahit. Jalan Cihampelas no. 22 Bandung adalah saksi bisu dirintisnya usaha tersebut, yang kemudian dibuka pula sebuah mini-toko tas di tempat yang sama.


Perusahaan kami memproduksi tas dan peralatan petualangan, yang mana terbagi dalam tiga brand utama, yakni Eiger dengan positioning gaya hidup berpetualang (lifestyle adventure), Bodypack dengan positioning e-lifestyle, dan Nordwand dengan positioning kehidupan alam terbuka (outdoor living). Brand kami dikenal luas sebagai brand lokal yang sangat terkemuka di Indonesia. Pada tahun 2009, kami terdaftar sebagai Top 250 Indonsia Original Brands oleh sebuah majalah bisnis terkenal, Swa. Hal tersebut membuktikan kerja keras, tekad kuat, dan komitmen kami dari waktu ke waktu dalam rangka meraih kualitas unggul dan nama baik.

Awal mula sebagai toko dan produksi kecil dengan hanya dua mesin jahit di jalan Cihampelas 22, enam belas tahun yang lalu, telah berkembang menjadi market leader dalam bisnis tas dan peralatan petualangan di Indonesia. Sampai saat ini, kami telah mempunyai 3 Flagship Stores, 34 showroom, dan 81 counter tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

8. Terry palmer
Awalnya brand ini hanya diperuntukkan untuk pangsa pasar lokal dengan produk andalannya adalah handuk yang diproduksi oleh PT. Indah Jaya Textile Industry pada tahun 1962. Perlahan tapi pasti brand ini mulai melirik pasar internasional pada tahun 1988 tujuannya adalah eropa. Ternyata produk ini banyak peminatnya karena tekstur handuknya sangat lembut dengan daya serap maksimal soalnya ane pake sob makanya bisa berbagi cerita 
smile emoticon
 Berdirilah pabrik moderennya pada tahun 1992 di Tangerang. Sampai sekarang pangsa pasarnya telah sampai ke jepang, amerika, australia dan negara2 eropa. Ga hanya mengekspor produk handuk dan garment PT. Indah Jaya Textile Industry juga mengekspor benang sob. Keren euy..

9. Shopie Paris Martin
Sophie Martin adalah perusahaan dan merek busana Indonesia yang berdiri di Jakarta pada tahun 1995. Perusahaan ini mendistribusikan pakaian, aksesori mode, dan kosmetik dengan metode penjualan langsung.


Awalnya perusahaan ini bernama Sophie Martin, namun kemudian ditambahkan kata "Paris" sebagai bagian dari strategi pemasaran.

Pendirian Sophie Paris dimulai dari usaha pembuatan tas rumahan oleh ekspatriat asal Perancis, Bruno Hasson. Tas yang diproduksi mendapat sambutan baik dari masyarakat dan lambat laun penjualannya semakin pesat. Oleh sebab itu, Bruno Hasson merekrut karyawan, menyewa gedung, dan menerapkan sistem penjualan langsung dengan memanfaatkan tenaga penjual yang diberi insentif untuk menjual produk Sophie Martin. Selanjutnya Sophie Martin dipasarkan melalui sistem pemasaran berjenjang (MLM) dengan merekrut anggota sebagai mitra untuk memasarkan produk-produk Sophie hingga ke pelosok Nusantara.

Sophie Martin kemudian memperluas bisnisnya keluar negeri dengan membuka kantor perwakilan di Manila, Filipina pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2008, perusahaan ini menerapkan strategi merk Sophie Paris, di mana Sophie Martin menjadi bagian dari merek Sophie Paris yang memayungi beberapa merek di bawahnya .

Tahun 2009, Sophie Paris membuka perwakilan di Casablanca, Maroko, dan pada 2010 berhasil melebarkan bisnis hingga ke Vietnam, serta Malaysia pada tahun 2012.

10. Edward Forrer
Edward Forrer didirikan sesuai dengan nama pendirinya, Edward Forrer, yang akrab disapa Edo. Edo memulai usahanya berjualan sepatu dari pintu ke pintu (door-to-door). Ia menjual sepatu dengan desain yang dapat dikustomisasi. Sepatu buatannya ketika itu dikenal unik dan kokoh karena dibuat dengan tangan. Dengan cepat namanya menyebar dan dalam setahun, produksi sepatu yang awalnya hanya lima pesanan dalam seminggu bertambah menjadi lima pesanan dalam sehari. Pada tahun 1990, bermodalkan uang Rp.200.000 Edward membeli sebuah mesin jahit dan merekrut dua orang karyawan.


Seiring banyaknya pesanan, Edo mengubah sistem penjualannya. Ia tidak lagi berkeliling dari pintu ke pintu melainkan tetapi mengubah ruang tamu rumahnya yang berukuran 2 x 2 meter menjadi sebuah bengkel kerja dan ruang pamer.[2] Usahanya terus berkembang hingga ia dapat menyewa sebuah toko di Jalan Saad, Bandung,[2] dan empat tahun kemudian membuka toko yang lebih besar di Jalan Veteran No. 44 Bandung yang kini menjadi kantor pusat Edward Forrer.[1] Setelah membuka toko di Jalan Veteran, penjualannya semakin meningkat. Pembeli yang awalnya berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah berubah menjadi menengah ke atas, dan dibanjiri orang-orang dari daerah lain, terutama Jakarta.[2]

Dalam lima tahun pertama, Edo mampu membuat sendiri sepatu-sepatunya, namun dengan bertambahnya penjualan, ia mencari pemasok lain yang mampu memproduksi sepatu-sepatunya. Pada tahun 2003 Edward Forrer melakukan ekspansi besar-besaran dengan menambah gerai-gerai baru di Indonesia. Ia juga mewaralabakan merek Edward Forrer. Beberapa gerai waralabanya terletak di luar negeri seperti di Australia, Hawaii, dan Malaysia.